MY BENNER

Minggu, 13 November 2011

Persahabatanku, Persahabatanmu Kini Telah Berlalu

        Pada suatu hari ada persahabatn yang harmonis, selalu bersama dalam suka dan duka, setia bersama, dan seperti sebuah keluarga yang cukup harmonis...
Persahabatan itu dimulai saat semua memasuki SMP... Yang terdiri dari Kisah, Cinta, Kasih dan Suci...
Bertemulah Kasih dan Suci dalam satu kelas, mereka tiap hari makin dekat dan makin akrab... Cukup lama terjalin persahabatan antara Kasih dan Suci,,, Suatu pagi di sekolah...
Suci berkata kepada Kasih... "Sih siapa sh cewe itu?" sambil menunjuk Kisah
"oooo..... itu, itu Kisah anak kelas sana tuh..."
"songong banget sih,,"sambil melirik tak jelas
Kasih : " Songong gimana maksud kamu...??" keheranan mendengar perkataan sahabatnya itu...
Suci : " kamu tau gak sih dia kan yang sudah ngerebut cowo gue !" menunjuk ke arah Kisah,, 
 
sampai Kisah     keheranan karena suara Suci terdengar ke telinga Kisah...
Suci : " siapa lagi, pergi dari sini yuk. Mau muntah gue liat muka dia."
            bergegas meninggalkan kasih. 
Kasih : " sialan gue di tinggalin, pergi kemana tuh anak?" tengak - tengok mencari sahabatnya.
     Waktu bergulir  dengan cepat. Lambat  laun ingin mencurahkan hati kekesalan,kebencian, kemarahan kepada Kisah.Suci tak senang kepada kisah, karena mengira kisah merebut pacarnya andrian. begitupun dengan kasih, kasih tak senang kepada kisah karena maslah percintaan. karena menurut kasih kisahlah yang menyebabkan hati kasih terbakar api cemburu kepada kekasihnya aldo.
      Hingga pada akhirnya rasa tak suka meliputi hati kasih dan suci pada kisah setiap bertemu sindir-menyindirpun terjadi. entah sampai kapan perselisihan itu terjadi.
   Kami berteman ya.... kami berteman walau rasa tak suka terus dan terus menyelimuti hati kasih dan suci. Rasa itu menghampiri sampai kenaikan kelastiba. Akhirnya kasih dan suci mencoba untuk mem'afkan semuanya. Membuang jauh-jauh rasa tak suka itu walau berat di rasa.
       Kenaikan kelaspun tiba, ya kami dipertemukan dalam satu kelas, kami saling mengenal satu sama lain dalam detik,menit,jam hari yang menunjukan kenangan. Tanpa terasa kasih dan suci sudah melupakan masalahnya. Kasih selalu bersama dengan suci, hari berganti hari sampai keduanya mengenal cinta. Tanpa sengaja  hari demi hari membuat 4 sahabat ini menyatu dalam sebuah  cerita persahabatan.....
Cinta : " Eh, ngomong-ngmong ada PR gx sih...??"
           membolak-balik buku pelajaran milik kisah.
Kisah : " Sini lama-lama leck juga nich buku dibolak-balik mulu"
Cinta : " huuu..... saya serius nich "
            membanting buku yang pegang kisah.
Suci : "ribut mul;u nich dari tadi ada apan sih..?"
         datang menghampiri keheranan melihat 2 sahabatnya ribut.
Kisah :"ini nich... cinta bikin gue kesel aja.."
Cinta : " yang ada gue lagi yang kesel sama lu, ditanya baik-baik jawabnya cuek"
           membanting buku yang dipegangnya.
Suci : " emangnya kamu tanya apa cin..??"
Cinta : " ada PR gx..?" cuek
Suci : " gx ada cintaku " menggoda cinta
Cinta : " Btw kasih man sih ? belum datang ya..???"
           tengak-tengok mencari kasih yang belum kelihatan batang hidungnya
Suci :" Sepertinya belum, biasanya juga siang-siang aja tuh datangnya"
   Tak lama kemudian kasih datang
Kasih :"Assalamu'alaikum" dari belakang pintu
Cinta :"tuh kasih datang, Wa'alaikumsalam"
Kisah :" kebiasan banget datang jam segini, tuh liat jam berapa ini? beberapa menit lagi
            bel tau" kesel melhat sahabatnya selalu datang siang.
Kasih :" idich sewot.... ya ma'af..." duduk di sebelah suci.
     Tak lama kemudian bel berbunyi, mengingatkan semua siswa-siswi untuk meraih masa depan yang cerah. Alam semesta menjadi saksi persahabatan ini,. Alam semesta bernyanyi melihat 4 shabat tertawa,. Alam semesta tersenyum melihat canda tawa 4 sahabat ini,. Alam semesta bersedih melihat 4 sahabat ini meneteskan air mata kesdihan. Hampir 1 tahun 4 sahabat ini menuai kebahagiaan,kesedihan dngan selalu bersama suka dan duka Banyak kenangan yang tak bisa di lupakan saat-saat 4 sahabat ini mengukir kebahagiaan. Tak terasa kenaikan kelas sudah didepan mata, setelah mengikuti semester genap, 4 sahabat berdo'a semoga dipertemukan dalam satu kelas lagi. Pengumumanpun tiba 4 sahabat tak sabar di kelas manakah akan bersandar ! aka kah masih bersama? tidak !!! 4 sahabat terpisah !! suci terpisah dari kisah,kasih cintaa.
Hal yang mengharukan bagi 4 sahabat ini karena tak satu kelas lagi.
Suci :"Aku tak bersama kalian" menangis dipelukan kasih
Kasih :"kita masih bisa bersama walau tak satu kelas ci,!!" menenangkan hati suci.
Cinta :"iya ci... kita masih bisa bersama, kita tetap dalam ikatan persahabatan".
          berusaha menghapus air mata suci.
Kisah :"Sahabat tetap sahabat" memeluk suci       
     4 sahabat saling berpelukan sambil air mata terjatuh tak tertahan lagi.  Tetesan air mata menjadi saksi betapa menangisnya hati    sahabat ini.Jarak yang jauh membuat 4 sahabat ini jarang bersama. Sampai-sampai membuat hati Kisah dan kasih menangis pilu. Suci tak seperti dulu, Suci berubah, Suci tak mengenal 3 sahabatnya lagi. 3 sahabat selalu menganggap suci selalu ada. tapi suci berubah entah apa penyebabnya.
    Esok hari kisah masuk rumah sakit karena penyakitnya.Kisah menulis surat untuk suci. Dan menitipkanya ke dua sahabatnya. Dua sahabat menuju rumah suci.
Suci :"Antar aku ke rumah sakit sekarang."
Kasih :"Tapi ini ada surat untukmu dari kisah."
Suci :"bacanya disana aja, ayu
cepat." 
Cinta :"ya udah ayo,"  berlari kearah mobil
           Menuju rumah sakit.
                      Begitu sampai dirumah sakit.
Suci :" Kisah" menangis melihat keadaan kisah yang terbaring lemah tak berdaya.
Kisah :"Apakah kau sudah membaca surat dariku."
Suci :"Aku akan membacanya."

                                                                                              Teruntuk sahabatku                                                                                                        Suci        Salam persahabatan        Suci... dimana kamu yang dulu?  Kami merindukanmu ci..        Suci... Apakah kami punya salah padamu?        sehingga kamu melupakan kami semua, sehingga kamu melupakan persahabatan kami.        Suci... Aku minta padamu kembalilah...        kembalilah suci...                                                                                            Sahabatmu
Saat suci menutup surat, saat  itu juga Kisah menutup mata untuk selama-lamanya.
Cinta :"   Kisah? kamu kenapa ? kisaj bangun ..."
         menangis memanggil kisah.
Kasih :" kisah ? Kisah jangan tinggalkan kami semua..."
            menangis memeluk   tubuh kisah yan tak bisa  berbuat apa-apa.
 Suci :"Kisah ! Kisah maafkan aku... Aku akan kembali untu persahabatan kita, Kisah... asalkan kamu bangun                   `
kisah..." menangis memeluk kisah.
Orang tua kisah :"Relakan kisah buat pergi nak, ikhlaskan..." menangis melihat anaknya tuk pergi selama-lamanya.
        Terkadang kita harus rela kehilangan seseorang yang kita cintai, namun akankah kita bisa melupakan  kengan yang kita lewati bersama? Disaat matahari terbit, kita merasa enggan tuk melihatnya, tapi setelah ia terbenam barulah kita menyadari betapa indahnya dia...
SSeseorang yang hadir mengisi hari-hari kita terasa biasa-biasa saja, namun setelah ia pergi barulah kita menyadari betapa berartinya ia bagi kita...
Sayangilah orang yang menyayangimu karenaia bisa saja pergi disaat kamu mulai menyayanginya.

Sabtu, 11 Juni 2011

Setetes Air Langit

Sore itu,mendung terlihat lebih kelabu  dari biasanya.Aku mendengarkan penjelasan guru Les Bahasa Asingku sambil menatap jengkel ke luar jendela.Hujan…Aku benci hujan. Aku benci saat aku harus mendengar gemericik air jatuh dari langit. Rasanya,hujan selalu menyebalkan bagiku.Aku terpejam sesaat,merasakan dinginnya udara. Daun jendela disebelah tempatku duduk sepertinya sengaja dibuka,membiarkan angin dari luar masuk kedalam ruangan yang sebenarnya sudah ber AC. Kembali aku menatap nanar keluar jendela. Ya,hujan memang selalu menyiksaku. Menyiksa dan memaksa otakku memutar lagi kejadian pahit masa lalu.Memaksa dan menyeretku untuk berdiri lagi ditempat dimana aku harus menyaksikan orang yang berharga dalam hidupku lemah tak berdaya.Dimana hujan merenggut dengan paksa adik yang ku sayangi.Sekali lagi,kejadian itu perlahan-lahan berputar dalam ingatanku.Tiba-tiba daun jendela terbanting keras dan bersamaan dengan bunyi gemuruh petir.aku tersadar dari lamunan masa laluku.Bel pulang telah berbunyi,aku segera bangkit dan berjalan keluar kelas. Berusaha meloloskan diri dari jeratan bayangan masa lalu. Di teras,aku terpaku sesaat. Melihat hujan yang sepertinya semakin deras. Aku menghampiri bangku kayu yang sengaja di taruh di teras untuk menunggu. Mataku menerawang jauh.          “Kak..payung Kak?” aku terlonjak kaget. Tiba-tiba seorang gadis kecil berdiri didepanku. Kulihat dia,seluruh tubuhnya basah. Di tangan kanannya terdapat sebuah payung,sedangkan tangan kirinya memegang payung untuk dirinya sendiri.          “Mau payung Kak?” Dia mengulangi pertanyaanya sambil menyodorkan satu payung dari tangan kanannya.Aku menggeleng. “Tidak…terimakasih”Ia melangkah  meninggalkanku. Kupandangi punggung gadis kecil itu yang semakin menjauh berjalan ditengah hujan. Sedikit tersentuh aku melihatnya. Walaupun prihatin,tapi aku kadang-kadang juga sebal dengan pengojek payung yang kebanyakan anak-anak itu. Pasalnya,beberapa dari mereka,menawarkan jasa payung dengan tidak sopan. Menarik-nari baju atau mengejar dan sedikit memaksa.          “Non Rere…” lagi-lagi Aku tersentak. Tak menyadari kehadiran Bang Maman,sopirku.          “Mari pulang Non…” katanya sambil menunduk-nunduk dan menyodorkan payung kearahku.Aku mengangguk. Sambil sedikit berlari kearah mobil.  Sepintas aku melihat gadis kecil tadi berdiri dibawah pohon didepan tempat Lesku. Masih dengan pakaian yang serampangan dan tubuh basah kuyub,namun matanya memancarkan suatu kebahagiaan. Ya,kebahagiaan ditengah hujan.***Aku memilih beristirahat dibawah pohon akasia di taman kota. Ku keluarkan sebotol air mineral dari dalam tasku. Hari ini,sengaja aku berjalan dari sekolah ke rumah. Bukan apa-apa,hanya saja Bang Maman sakit,jadi kubiarkan dia beristirahat di rumah. Selain itu juga karena aku merindukan masa-masa  SD dulu,dimana aku bisa berjalan dari rumah kesekolah sambil menikmati dunia yang dulu tak seperti ini,tak sepenat ini.Kuteguk lagi air dalam botol mineralku.          ‘‘Boleh minta,Kak?”Aku mendongak kearah suara. Gadis kecil itu lagi. ia memandang dengan sorot lembut kearahku. Sesaat aku bingung dengan kelakuannya yang sok akrab. Kusodorkan botol air mineral kepadanya. Segera ia menerima dan meneguknya hingga habis.          ‘‘Maaf Kak,habis” katanya sambil tersenyum.          “gak apa..masih banyak dirumah” kataku.Aku menepuk-nepukkan tanganku di sampingku,menyuruh dia untuk duduk.          “Adek..yang kemaren kan?” ia mengangguk.          “mana payungnya?” kataku sambil tersenyum dan menunjuk langit yang siang ini terlihat cerah.Ia tertawa. “ngojek payung biar gak kepanasan ya Kak..”katanya.Kuperhatikan lagi bajunya,banyak bagian yang sobek dan dijahit dengan asal.Ia menjulurkan tangannya.          “ Eva” katanya memperkenalkan diri sambil tetap menyunggingkan senyumnya yang ternyata sangat manis.          “Renata. Tapi bisa dipanggil,Rere” katakuAku berbincang-bincang dengannya beberapa saat,ternyata dia anak yang cerdas dilihat dari caranya berbicara. Bahkan aku bisa tertawa lepas sambil menimpali gurauan Eva yang membuat perutku sakit. Sesekali kulirik rambutnya yang memanjang itu terhempas seirama tiupan angin dibiarkan terurai begitu saja namun terlihat sangat halus dan natural, rambut yang indah untuk ukuran seorang gadis pengojek payung yang gemar berkutat dengan hujan.Kini aku tau,Dia adalah seorang anak yatim piatu yang sekarang tinggal di sebuah panti asuhan. Ibunya telah lama meninggal saat ia berumur satu tahun,sedangkan ayahnya meninggal dalam kecelakaan tiga tahun lalu.Yang mengenaskan,panti asuhannya terancam tutup,karena banyaknya hutang dan tidak adanya biaya dari pemiliknya. Untuk membantu ibu asuhnya,ia mencari uang dengan mengojek payung. Saat kutanyakan berapa hasil dari mengojek payung,dia menjawab dengan terkekeh,          “ ngojek payung gak bakal bisa bikin kaya Kak..gak tentu juga bisa bikin kenyang. Hasilnya..ya bikin basah..” aku kembali tertawa mendengar perkataanyya.Dilihat dari postur tubuh dan wajahnya,dia kira-kira berusia sembilan tahunan. Sama seperti usia adikku, jika ia masih ada. Karena merasa nyaman bersamanya,aku sepakat bertemu lagi untuk berbincang-bincang lagi dengannya. *** Februari,bulan yang basah. Bulan yang menyebalkan bagiku,namun tidak bagi Eva. Baginya,hujan adalah sebuah anugerah terindah selain hidupnya.Entah kenapa,dia begitu menyukai hujan,terlepas dari profesinya.Aku masih termenung dibawah pohon akasia,ditempat dimana aku bertemu dengan gadis kecil yang ia sebut dirinya sebagai Eva.Kubiarkan rintik-rintik air menerpaku.“Kak…” Eva duduk disampingku sambil menyandarkan punggungnya di pohon. Kupandangi rambutnya yang mulai basah karena rintik hujan. Dia hanya diam sambil terus menatap gerimis. Tiba-tiba ia bangkit,mengambil dua payungnya yang tergeletak ditanah. Satu ia pegang,dan satunya ia berikan kepadaku.Ia menarik lenganku,mengajakku menembus gerimis yang sebentar lagi akan menjadi hujan. Aku masih terdiam ditempatku.” aku tak suka hujan..” katakuIa tersenyum,lalu menarik tanganku lagi. Kali ini aku tak menolak.Eva membawa payung,namun tak menggunakannya.          “ kenapa tak kau pakai payungmu,Eva?” tanyaku.          “ payung ini?? sudah  kadaluarsa kak..” jawabnya sambil menyodorkan payung itu dan tertawa. Aku ikut tertawa mendengarnya. Bisa kulihat jika payung yang ia bawa itu berlubang di beberapa bagian. Bahkan sebenarnya sudah tak layak pakai dengan pegangan yang telah berkarat itu.          “ bagaimana tentang panti asuhan itu?” aku bertanya kepada Eva yang sedang berlari-lari kecil menyusuri trotoar dan sesekali meninggalkanku dibelakangnya.Ia berhenti sejenak,” Entahlah..” jawabnya singkat. Lalu kembali berlari melompati kubangan air.Saat melihatnya,terbesit rasa prihatin dalam hatiku. Hey,bukankah ayahku seorang pengelola panti asuhan juga?? Kenapa aku bisa selupa ini. Mungkin saja aku bisa membantunya untuk pindah ke panti asuhan yang ayah kelola.Hanya saja,ayah begitu sibuk,hampir tak pernah aku mendapatkan waktu bersamanya. Bahkan sekalipun tak pernah ia bercerita mengenai panti asuhan itu,kalau bukan Bang Maman yang cerita,aku juga tak akan tau.Aku berlari meyusul Eva.          “ Bagi kami..hujan itu anugerah…” katanya sambil memandang sendu kearah segerombolan anak-anak yang berlarian ditengah hujan. Dan ketika kuperhatikan,mereka semua adalah pengojek payung.Hatiku seperti tersengat sesuatu yang membuatnya pilu. Entah,kemana saja aku selama ini hingga tak tau kalau ditengah keramaian dan kemewahan ibu kota ini masih ada anak-anak yang seperti itu. Hampir saja air mataku menetes melihatnya.          “ hey kak..jangan salah dulu. Kami semua ini bahagia,kami bahagia saat harus berlarian ditengah hujan. Bahkan suatu anugerah bagi kami..” Eva yang sepertinya tau kesedihanku menepuk bahuku pelan.          “ hujan itu indah bukan Kak? Lantas,kenapa kakak begitu membencinya?”Aku menerawang jauh,kembali mengingat masa lalu yang sebenarnya setengah mati ingin ku buang.“ adikku….Reno,mungkin kalau dia masih ada,ia seusiamu. Laki-laki kecil yang pemberani. Begitu menyukai hujan,seperti kamu yang juga menyukai hujan…” aku tersenyum kecut. Eva memperhatikanku.“ dia,suka sekali berlarian ditengah hujan. Bermain-main saat gerimis datang.. baginya,hujan adalah sebuah kebahagiaan yang jatuh dari langit..”Sejenak terlintas dalam ingatanku,wajah Reno yang begitu ceria saat hujan datang.Aku kembali bercerita,” tapi..hujan juga yang telah merenggutnya dari dunia. Saat dia bermain didepan rumah,hujan yang begitu deras membuatnya jatuh dan terperosok kesungai. Tidak ada yang tau,dan dua hari kemudian mayatnya ditemukan disungai itu..” aku masih menahan air mataku.          “ Bukan hujan Kak..tapi takdir.” Kata Eva.          “Andai kakak tau betapa indahnya hujan..betapa bahagianya kami diantara air yang jatuh dari langit itu” lanjutnya.Sejenak aku berfikir. Mungkin benar apa yang dikatakan gadis keil ini,mungkin juga memang takdirlah yang telah membawa adikku pergi,bukan hujan.Hari itu,untuk pertama kalinya aku tersenyum diantara hujan. **** Sengaja untuk hari ini aku tak menemui Eva. Setelah pulang dari sekolah,aku langsung sibuk dengan payung-payung yang ku beli tadi.Aku bukan ingin berali profesi menjadi seorang pengojek payung,hanya saja ini kupersiapkan untuk gadis kecil dan teman-temannya yang selalu berkutat diantara hujan itu.Tinta lukis yang telah kusiapkan,kini berada ditanganku. Aku mulai melukis diatas payung itu satu persatu. Kebetulan aku sangat suka melukis dan sempat mendapatkan beberapa penghargaan dari bakatku ini.Ada berbagai gambar disana. Kupikir,payung-payung ini akan berguna bagi mereka. Karena kemarin kulihat payung mereka sudah usang.setelah semua selesai kulukis,kusuruh bang Maman memasukkan payung-payung itu ke mobil.Hey,apa kalian tau? Semalam aku merundingkan masalah panti asuhan itu pada ayah,dan ternyata dia setuju menjadi donatur untuk panti asuhan itu.Baiklah,ada dua kejutan disini.Pertama,payung yang kubuat khusus untuk para pahlawan hujan itu,yang tentunya Limited edition.Dan kedua,panti asuhan mereka akan selamat dari kejaran para rentenir gila itu.Aku bersiap untuk segera meluncur ke panti asuhan,setelah menyempatkan diri melirik kaca untuk melihat penampilanku,aku segera menuju mobil dan pergi kesana.          “ udah sampai Non” kata bang Maman sambil melirik kearah bangunan yang cukup tua tapi masih terawat rapi.Ada papan yang bertuliskan “Panti Asuhan Kasih Bunda” di depan pagar besi yang telah berkarat. Aku segera turun dan masuk kehalaman. Kulihat banyak anak kecil yang bermain disana. Mereka sejenak menghentikan aktivitasnya dan melihat kerahku. Aku tersenyum dan mereka membalasnya.          “ kak Rere?” seseorang dari dalam rumah memanggilku,dan setelah ia keluar ternyata itu Eva.Aku tersenyum.          “ apa yang membuat kakak mau datang kesini? “ tanya Eva sambil memperhatikan bungkusan besar yang kubawa.          “ ini..cobalah kau lihat dan kau bagi dengan temanmu” aku menyodorkan bungkusan itu. Ia membuka dan mengintipnya. Lalu mengeluarkannya satu persatu.          “ waahh..bagus sekali kak” ia melihat payung itu takjub.Aku tersneyum puas melihat ekspresinya.          “ siapa Va? “ seorang ibu-ibu setengah baya keluar,mencoba melihat apa yang terjadi.          “ ibu…saya Rere.” Aku memperkenalkan diri.Setelah itu kami berbincang-bincang. Membicarakan masalah panti asuhan yang akan ditutup ini. Kutawarkan bantuanku,ternyata ibu yang bernama Hera itu sangat senang. Ia memelukku erat ambil meneteskan airmata bahagia.          “ sudah ku bilang,hujan itu anugerah kan Kak…” kata Eva sambil menerawang jauh melihat hujan diluar panti. Aku mengangguk          ‘’ hujan yang mempertemukan kita,hujan yang membuat kakak tau bahwa begitu banyak keindahan yang belum kakak mengerti”Aku melihat gadis kecil disampingku itu. Aku kagum juga padanya,seorang anak sembilan tahun yang telah mengerti tentang hidup lebih dari yang kumengerti.Bibirnya melengkung keatas,ia tersenyum. Dan itu manis sekali.          “ hujan yang membawa kakak kemari,dan hujan yang membuat kakak sadar bahwa Reno pergi karena takdir”Aku melihat kagum kearahnya. Kupeluk dia,erat sekali.Dan kini,hujan tersenyum padaku. ----THE END----


sumber: http://iqbalbrillian.blogspot.com/2011/03/setetes-air-langit.html

Sabtu, 21 Mei 2011

Dreaming with you

Senja selalu punya hubungan dengan awan merah bersemburat jingga.
begitu juga awan yang juga punya hubungan dengan langit luas nan elok.
Menyenangkan....
tapi,,hanya ada satu yang masih melekat mantap di otakku dan terekam dengan rapi.
ya,,Rumah sakit dan impian yang ada didalamnya......
"Hauh,,Ma,,capek nih" kataku sambil menguap.
Mama hanya geleng-geleng kepala.
"Jangan gitu dong ci, kita kesini kan mau jenguk tante ina" ujar mamaku lembut sambil membetulkan jilbab putihku. Aku hanya mangut-mangut kecil. Rasa sesal menyusup lembut dihatiku. Ya,,aku sangat menyayangi tante ina. Tante yang selalu ada untukku sejak aku kecil. Walaupun tante sudah penyakitan sejak kecil, tante hampir tak pernah bersedih. Baginya kesedihan hanya akan menambah beban.
"Assalamu'alaikum tante" ucapku girang ketika memasuki bangsal tante. Aroma ini begitu khas, karena dulu ketika kecil aku sering kesini. Aku menutup mataku. Ingatan itu kembali muncul. Ketika kecil aku pernah bertemu dengan seorang anak lelaki di bangsal anak di rumah sakit ini. Aku begitu ingat tatapan matanya ketika aku pertama berjumpa. Tajam namun penuh kehangatan. Aku tidak tahu pasti berapa umurnya. Tapi yang paling kuingat anak itu pernah melindungiku ketika aku hampir tertimpa sebuah nampan yang dibawa oleh seorang suster.
Aku nggak terlalu ingat. tapi setelah itu aku dengar teriakan dan suara panik suster dan darah berceceran dimana-mana. Sejak itu aku tidak pernah melihat anak itu lagi.
"Ci, kok ngelamun" Kata tante menyentakkan lamunanku.
"Ahhh gak kok, oh iya tante ichi mau jalan-jalan dulu ya nyari udara segar, lagi capek nih tan habis eksul di sekolah" Kataku dengan penuh semangat. Tante Ina hanya mengangguk kecil tanda persetujuan.
Aku memandangi setiap koridor yang kulewati. Rasanya tetap sama seperti dulu. Dingin, dan menakutkan. Sesekali ku coba mengintip aktivitas di setiap bangsal. Dan tentu saja yang paling membuatku kangen adalah bangsal bagian anak. Ku buka pintu putih yang dingin itu. Dari dalam langsung terdengar tawa riuh anak-anak. Mataku terfokus pada seseorang yang mereka kerubungi. Seorang cowok berambut keriting dengan mata coklat dan kulit putih dan senyum ramahnya sedang asyik menceritakan sesuatu pada mereka. Aku menajamkan pendengaranku. Samar-samar kudengar lelaki itu bercerita tentang Mimpi seorang cowok dengan seorang gadis yang disukainya dirumah sakit. "Dreaming with you" gumamnya diakhir ceritanya.
"Kakak sedang apa?" tanya seorang anak kecil mengagetkanku. Spontan seluruh mata tertuju padaku. begitu juga dengan cowok itu. Tapi aneh mata cowok itu yang tadinya ramah berubah dingin dan tajam...
dia lalu berkata sinis "Kamu siapa dasar penganggu"
Wajahku terasa memanas. Ingin rasanya aku marah tapi aku malu. Aku lalu berbalik dan hendak pergi.
"Tunggu" terdengar suara cowok itu lagi.
"Siapa yang nyuruh kamu pergi, mulai besok kamu wajib kesini" katanya cuek lalu meninggalkanku yang masih terheran-heran.
Ada apa sih ini?
bersambung....
tunggu kelanjutannya ya....